Republik yang (sedang) sekarat

|
sebuah negara dapat dikatakan sebuah negara jika mempunyai wilayah, rakyat, sistem pemerintahan dan diakui kedaulatannya oleh negara lain, sebuah negara dikatakan baik jika terjalin sebuah keharmonisan diantara elemen masyarakatnya, terdapat rasa tenggang rasa dan saling percaya antara pemimpin dengan yang dipimpin, dimana fungsi legislatif, yudikatif dan eksekutifnya berjalan beriringan.

apa yang terjadi jika kepercayaan itu mulai luntur?, legislatif, yudikatif dan eksekutif mulai berjalan sendiri - sendiri?. pengkotak - kotakan masyarakat mulai jelas terlihat dimana perbedaan dijadikan pembenaran untuk berseteru satu sama lain.

rentetan kasus - kasus besar yang mulai terkuak dan menyeret beberapa nama pejabat dari beberapa institusi, serta beberapa pengusaha mulai menimbulkan keresahan di masyarakat, lambat laun kepercayaan terhadap pemerintah pun mulai luntur, contoh saja kasus Gayus Tambunan menyebabkan keraguan masyarakat untuk membayar pajak yang berujung pada gelombang penolakan pembayaran pajak oleh facebookers. terkuaknya keberadaan makelar kasus ditubuh institusi penegak hukum nasional menimbulkan pertanyaan; apakah benar dinegara ini semua bisa dibeli? hukum, jabatan, bahkan manusia sekalipun.

pertanyaan ini tentu tidak muncul begitu saja, beberapa kasus human trafficking juga sempat terungkap dan mungkin sampai saat ini masih ada yang melakoninya. Apa manusia memang bisa dihargai dengan uang tak lebih dari harga binatang peliharaan?
Ironis memang.

Ekonomi kerap kali dijadikan alasan untuk membenarkan tindakan tersebut, tapi apakah benar ekonomi menjadi akar permasalahan Negara ini?

Akar dari semua permasalahan di Republik ini hanya satu, kualitas Sumber Daya Manusia yang parah, termasuk didalamnya norma, adab, dan moral. Memang tidak semua masyarakat kita seperti itu, tapi jika berbicara dalam konteks mayoritas, apakah anda dapat menyanggahnya?

Perbaiki SDM mulai dari diri sendiri demi kelangsungan Republik ini.